Selasa, 09 April 2013

Ketika Kamu Patah Tulang. Medis vs Alternatif

Jumlah kendaraan yang besar di Indonesia tentu saja berbanding lurus dengan jumlah kecelakaan lalu lintas. Efek kecelakaan pun bermacam-macam mulai dari cedera ringan sampai kematian. Hati-hati ya kalo berkendaraan..

Patah tulang adalah salah satu efek dari kecelakaan tersebut. Patah tulang tentu saja berakibat berkurangnya kemampuan anggota gerak tulang yang mengalami patah. Rasanya tidak enak, tetapi jangan khawatir, tulang manusia adalah salah satu benda ajaib yang diberikan Allah. Tulang mampu meregenerasikan dirinya yang rusak sehingga apabila patah akan menyambung kembali secara alami. Namun, untuk mempertahankan posisinya penyembuhan tulang menjadi seperti semula butuh bantuan dari luar tubuh. Nah, inilah yang dilakukan dalam pengobatan patah tulang.

Menyelami dunia perpatahtulangan ini (??), saya menjadi tau bahwa ada dua kelompok besar dalam pengobatan patah tulang yaitu melalui medis dan patah tulang. Keduanya mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing. Saya termasuk golongan pengobatan medis.

Pengobatan medis merupakan pengobatan yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapatkan pendidikan yang lama dan sesuai dengan keilmuan yang berkembang. Untuk patah tulang, pengobatan ini bisa bermacam-macam bentuknya contohnya bisa dengan menggunakan gips, pen, eksternal fiksasi, dan lain-lain. Meski identik dengan tindakan operasi, tidak sepenuhnya kasus patah tulang harus dilakukan dengan tindakan operasi. Kalau untuk sekadar retak tulang sih tidak perlu dioperasi, cukup digips saja. Intinya sih, kalau tindakan medis itu dilakukan untuk memperbaiki jalur tulang yang patah dan mempertahankannya supaya tidak goyah, nah alat-alat gips, pen, eksternal fiksasi itulah yang digunakannya. Amputasi adalah pilihan yang paling terakhir kalau memang sudah tidak dapat dipertahankan.

Sama seperti pengobatan medis, pengobatan alternatif pun pada prinsipnya seperti itu. Dari cerita-cerita, ketika kita datang ke pengobatan alternatif, tulang kita yang patah akan dipakaikan kayu dan dibebat kencang sehingga tulang tidak bergeser. Konsep awalnya sama dengan medis. Yang berbeda adalah adanya tindakan selanjutnya seperti diolesi minyak-minyak khusus dan diurut-urut bagian yang patah. Sakit? Ya pasti.. Pengobatan alternatif tidak mengenal yang namanya pembiusan. Siap-siap mengerang keras kalau menggunakan pengobatan alternatif demi kesembuhan.

Mana yang terbaik dari keduanya?
Dari cerita-cerita teman-teman yang mengalami patah tulang, saya masih berkesimpulan medis merupakan jalur yang terbaik dari pengobatan patah tulang.

Memang ada yang berpendapat kalau pengobatan medis itu lebih mahal dan lebih lama penyembuhannya, tetapi padahal nyatanya tidak seperti itu. Ada yang berkisah ia telah habis 20 juta di pengobatan alternatif. Uang sejumlah tersebut digunakannya untuk biaya menginap, biaya urut, biaya minyak, dan biaya obat. Sembuh? Belum. Ternyata tulangnya tidak menyatu sesuai jalur. Dan, akhirnya operasi jugalah yang jalan penyelesaian yang diambil. Padahal, kalau uang 20 juta digunakan langsung operasi itu sudah cukup.

Ya, kasus utama yang sering dialami dari efek pengobatan alternatif adalah tulang yang menyambung tidak sesuai jalurnya. Akibatnya, tulang bisa menjadi lebih pendek dan pincang. Hal ini terjadi karena beberapa  pengobatan alternatif hanya menggunakan feeling mengenai posisi tulang. Hanya diurut-urut dan dirasa, terapis dapat berkesimpulan kalau tulang sudah nyambung. Namun, pasien masih terasa sakit ketika tulang digerakkan bahkan bengkak di sekitar lokasi patahan. Alhasil, rasa penasaran pun memuncak dan akhirnya rontgen dilakukan. Ternyata tulang tidak nyambung.

Di rumah sakit, kasus-kasus tersebut akhirnya dilalukan tindakan pematahan tulang kembali agar tulang kembali sesuai dengan jalur yang sebenarnya. Jadi, sia-sia bukannya selama ini pengobatan alternatif yang dilakukan. Itulah cerita yang paling sering terjadi.

Berbagai pantangan yang ada di pengobatan alternatif bagi saya masih terdengar aneh. Pantangan tidak boleh potong rambut dan kuku selama 3 bulan, tidak boleh makan ayam dan kambing, tidak boleh minum es adalah hal yang lazim di pengobatan alternatif. Sampai sekarang hal gaib yang saya percaya hanyalah yang dari Al-Quran dan Hadist. Kalau ada hal gaib yang disebutkan orang, maka otak saya akan langsung bekerja untuk melogiskannya.

Lantas apa hubungannya potong rambut dan kuku dengan penyembuhan tulang? Tiga bulan pula. Apa hubungannya coba es yang melewati jalur pencernaan dengan tulang yang letaknya jauh dari jalur pencernaan? Saya masih belum dapat melogiskannya. Dimana kandungan zat berbahaya pada ayam dan sapi untuk tulang? Dunia keilmuan belum dapat membuktikannya. Dan karena hal gaib tersebut tidak ada di Al-Quran dan Hadist, saya langsung menolak mempercayai segala hal-hal yang dipantang tersbut.

Ada juga pengobatan alternatif yang melarang pasiennya untuk melakukan rontgen dan dipaksa untuk mempercayai kata-kata sang terapis. Kalau dibilang tulang sudah nyambung, ya nyambung, apapun bentuknya. Haddduuh.. Padahal rontgen adalah satu-satunya cara manusia untuk mengetahui telah nyambungnya tulang. Kalau dilarang, susah dong yakinnya.

Semua hal tersebut berbanding terbalik dengan pengobatan medis. Kita cukup dioperasi pemasangan alat-alat penyangga tulang. Jangan khawatir, operasi tidak sakit kok. Yang sakitnya setelah selesai operasi dan obat bius hilang, hehehehe. Selanjutnya tulang tidak perlu diurut-urut. Biarkan tulang menyembuhkan dirinya sendiri. Dan sekali-sekali dipantau perkembangannya lewat rontgen. Kalau sudah nyambung, selesai deh.

Kalau akhirnya, kita memutuskan untuk melakukan pengobatan alternatif untuk patah tulang. Jangan lupa dirontgen. Rontgen adalah utama dan paling penting untuk mengetahui perkembangan. Jangan terlalu percaya dengan terapis, karena tulang itu adalah tulang kita.

Kesembuhan adalah sepenuhnya pemberian Allah, manusia hanya bisa berusaha dan berdoa serta selalu berbaik sangka kepada Allah.

*Saya dulu hampir aja ke pengobatan alternatif....padahal lukanya aja gitu.. -_-


7 komentar:

  1. nice posting qadri, tetep semangat. unfortunately masih banyak yang beranggapan berbeda. kalau mampir aja sedikit ke rumah sakit daerah, lebih serem2 lagi para sangkal putung untuk membodohi pelanggannya. Banyak pasien dateng udah dengan komplikasi kontraktur, mal union, osteomielitis, dsb yang tentu aja meningkatkan biaya yang harus ditanggung pasien tersebut. Yang kasian justru pasien itu sendiri, udah ga sembuh, malang didapat. semoga masyarakat indonesia jadi lebih cerdas. Salam sehat!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. yoi, dr yopie...

      tugas ente2 di dokter emang ga hanya nyembuhin penyakit tapi cegah penyakit jg..

      Hapus
  2. Obat Herba PATAH TULANG Dan NYERI SENDI.
    GAMAT EMAS mengandung lebih banyak kolagen sebagai bahan perekat tulang, glukosamin dan kondroitin sulfat yang berguna merangsang pertumbuhan tulang rawan, memperbaiki jaringan tulang rawan yang rusak dan gangguan persendian. Sangat efektif untuk mengobati patah tulang dan nyeri sendi. Harga Rp. 212.500,- (70 Kapsul). Jl. Hankam 62 Ragunan JakSel. Telp. 021 - 710 85 910 / 0856 910 910 09 (SMS OK). http://faneliaherbs1.wordpress.com ; faneliaherbs@yahoo.com

    BalasHapus
  3. http://batraptk.blogspot.com/2015/01/tulisan-sang-anak-untuk-usaha-bapaknya.html

    BalasHapus
  4. Sebaiknya ke emdis dulu, apalagi kalau punya biaya mah

    BalasHapus
  5. nice info, tapi ane lebih ke alternatif selama ga terlalu parah, dan aternatif di bali ga kaya gitu kok gan, mereka lebih pro bono, dan ga makan duit, kalo yang tradisional cukup bawa canang(sesajen berupa bunga-bungaan), kopi + gula, sama duit sukarela tapi sakit tanggung sendiri

    BalasHapus