Minggu, 27 Januari 2013

Cerita Medis Patah Tulang

Fraktur terbuka, orthopedi, debridement, inflamasi, granulasi, eksternal fiksasi.. Kata-kata yang sebelumnya asing tersebut sekarang terasa akrab di telinga. Kecelakaan sebulan yang lalu yang membuat saya paham atas kata-kata tersebut. Sebuah kecelakaan yang pasti akan terekam dalam hidup ini, untuk terus mengingat akan kuasa-Nya dan kasih-Nya.

Fraktur terbuka, istilah tersebut diberitahu oleh perawat yang pertama kali luka saya akibat kecelakaan. Artinya, ada tulang saya yang patah dan bagian kulit atau dagingnya juga ikut terbuka atau rusak. Lawannya fraktur terbuka adalah fraktur tertutup, dimana patah tulang namun tidak diiringi oleh daging atau kulit yang terbuka.

Dalam benak, selalu terlintas, apa salah saya sehingga saya diberi cobaan sampai seperti ini? Ampuni saya ya Allah atas salah saya. Berapa lama saya akan bisa normal lagi? Ya Allah, tolong sembuhkanlah saya. Saya harus kuat. Tentu saja, doa tersebut diiringi oleh rasa sakit yang luar biasa di kaki kanan saya karena fraktur terbuka tersebut.

Kemudian dokter memberi penjelasan bahwa kaki kanan saya adalah fraktur terbuka dengan kategori terberat dalam kasus orthopedi (bidang tulang). Kalau saya cari di internet, fraktur terbuka saya termasuk pada Grade III c, grade tertinggi pada kasus patah tulang. Fraktur ini disertai dengan rusaknya pembuluh darah, otot, dan jaringan di sekitar patahan tulang. Hal yang paling berbahaya dan harus dihindari dari fraktur terbuka ini adalah infeksi, baik infeksi tulang atau pun infeksi luka.

Melihat sekilas hasil rontgen, saya yanghanya paham secuil dunia medis saja langsung bisa mengerti bahwa ada patahan-patahan pada kaki kanan saya.

Rontgen Kaki Kanan Sebelum Dioperasi
Dokter sebenarnya hanya menjelaskan bahwa terdapat patahan yang cukup besar di tulang kering kaki kanan saya. Tetapi, dari foto tersebut dijelaskan oleh dua teman saya yang juga berprofesi dokter.

Teman Pertama : "Complete frakut pada 1/3 distal tibia dan 1/3 proximal fibula. Bahkan fibulanya patah di dua titik."
Teman Kedua : "Itu alignment sama aposisinya kurang baik. Disana banyak syaraf yang gede-gede." -> Ini saya ga ngerti sangat. -_-

Kemudian dilakukanlah operasi yang hasilnya seperti ini. :

Rontgen Kaki Kanan Setelah Operasi - 2

Rontgen Kaki Kanan Setelah Operasi - 2
Respon teman kedua saya seperti ini : "Wah dokternya pinter tuh qadri yg ngoperasi lw. Masang fiksasinya ok banget. Alignment n aposisinya udah ok". Alhamdulillah, hanya itu yang bisa disebut ketika membaca tulisan dari teman saya tersebut.

Garis-garis tebal putih itulah eksternal fiksasi. Teman-teman yang berkunjung lebih senang menyebutnya antena karena bentuknya yang mirip antena televisi. Awalnya ada teman yang bertanya, apakah ini menembus ke tulang? Saya juga bingung menjawabnya, tetapi setelah melihat foto rontgen ini, jadi yakin kalo antena, ups, ini dipasang di tulang.

Eksternal fiksasi yang dipasang pada tulang saya berfungsi untuk menjaga kestabilan tulang sehingga saya bisa melakukan mobilisasi secepatnya. Mobilisasi ini artinya kaki saya supaya dapat digerakkan sehingga otot yang mengelilinginya tidak kaku. Kalau sudah kaku, akan sulit lagi untuk dikembalikan seperti semula. Jadi, meski ada tulang yang tidak ada pada kaki kanan saya, saya masih bisa mengangkat kaki kanan saya meski terasa lebih berat dan masih bisa menekuk lutut. Dengan eksternal fiksasi ini, Allah memberi saya kesempatan untuk dapat berjalan memakai tongkat seminggu setelah operasi.


Dan apabila aku sakit, Dia-lah Yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy Syu’araa’, 26:80)

2 komentar:

  1. pengalaman yg bermafaat.. tks

    http://perbanelastis.blogspot.co.id/

    BalasHapus
  2. Utk penyembuhanya sampai berapa bulan

    BalasHapus