Minggu, 29 September 2013

Yang Kelima

Sesuai dengan rencana sebelumnya, dua minggu setelah operasi keempat, dilakukan evaluasi terhadap kaki saya. Dokter melihat apakah sudah memungkinkan untuk melanjutkan ke operasi berikutnya, khususnya melihat dari bekas luka eksternal fiksasi. Luka bekas eksternal fiksasi yang dicabut pada operasi keempat harus sudah menutup dan kering. Dengan keringnya luka tersebut, pertanda bahwa tidak terdapat infeksi pada luka tersebut sehingga siap untuk dilakukan operasi kelima.

Manusia ini memang canggih. Luka-luka di kaki ini membuat saya selalu terkesima atas proses pemulihannya. Dulu, waktu awal kejadian, luka yang begitu parah pun sekarang sudah menutup. Memang tidak seperti sebelumnya sih, tapi tetap saja canggih sudah sembuh lukanya. Termasuk juga luka bekas eksternal fiksasi yang dicabut. Dalam dua minggu, luka bekas besi yang tertanam dalam tulang sudah menutup sempurna, tidak kelihatan bahwa disana pernah tertanam besi yang menembus sampai tulang. Memang hanya Allah yang berkuasa menciptakan makhluk dengan sistem pemulihan seperti ini.


Dengan telah menutup dan keringnya luka, artinya siap dilakukan operasi yang kelima. Jadwal pun ditentukan, tanggal 11 September 2013 saya akan dioperasi. Ada hal pokok yang berbeda di operasi kelima ini yaitu dokter. Operasi kelima ini penanggung jawab operasinya berubah dokter. Dari hasil tanya-tanya sih, dokter yang baru ini lebih ahli daripada dokter yang sebelumnya. Mungkin, karena kasus yang sudah rumit, kasus saya harus diserahterimakan kepada dokter yang dianggap lebih ahli oleh dokter sebelumnya. Saya salut juga dengan keputusan perubahan dokter ini. Ternyata, dokter tidak akan sok tahu untuk memaksa menangani pasien kalau kadar keilmuannya tidak sanggup menangani kasus pasien, dan kemudian diserahkan kepada yang lebih ahli. Semoga saja semua dokter seperti ini, selalu mengedepankan kesembuhan pasien diatas kepentingan pribadi.

Seperti biasa, sehari sebelum operasi saya sudah harus menginap di rumah sakit. Dengan kaki masih digips sampai paha, rasanya memang tidak nyaman menginap di rumah sakit. Sorenya, dokter residen (dokter yang sedang melanjutkan pendidikan spesialis, asisten dokter utama) mengecek kondisi kaki saya. Ia melihat rontgen kaki saya. Ya sama dengan dokter sebelumnya, kalau kasus saya ini agak sedikit rumit, tindakan apapun yang dilakukan pasti akan timbul risiko lainnya.

Pada awalnya, saya dikasih tau kalau operasi yang akan dilakukan adalah operasi pemindahan tulang fibula (tulang betis) ke tulang tibia (tulang kering). Namun, oleh dokter residen tadi dijelaskan bahwa kayaknya tidak mungkin dilakukan karena jadwal operasi saya mulainya jam 12 siang. Padahal operasi pemindahan tulang tersebut biasanya berlangsung dari jam 8 pagi sampai 8 malam. Wow! Dan kalau di Indonesia, hasilnya pun masih belum baik. Tim dokter operasi di RSCM pernah melakukannya, dan hasilnya kurang begitu baik. Wajar saja sih, belum begitu banyak dokter dan suster yang melakukan operasi ini. Dan, operasi membutuhkan tim yang sama-sama paham akan tindakan ini.

Antara senang dan bingung karena operasi tersebut tidak jadi dilakukan. Senang karena tibula saya akan tetap utuh, tidak terpotong, dan akan tetap seperti biasa. Bingung karena mungkinkah operasi ini akan berhasil. Ya, dengan dibatalkannya metode operasi itu, artinya metode operasinya adalah standar. Kasih donor tulang, terus pasang pen dalam selesai. Apa pun itu dokter pasti lebih paham segala risikonya.

Pukul 12 keesokan harinya, saya dibawa ke ruang operasi yang sudah tidak asing lagi buat saya. Hehe, sudah 5 kali saya masuk ke ruangan ini. Suster-suster di ruang operasi pun berulang kali menanyakan benarkah sudah yang kelima. Kejadian berikutnya adalah suster dan dokter anestesi yang kebingungan karena saya belum menandatangani persetujuan operasi dan persetujuan bius. Sepertinya suster di ruang inap lupa memberikan kertas tersebut kepada saya kemarin malam. Ditambah lagi, saya belum dilakukan cek darah. Jadilah dokter anestesi marah-marah ke suster, dan tidak mau melalukan pembiusan. Haduh-haduh, ada-ada saja

Sejam di ruangan operasi saya belum tindakan dilakukan apa-apa. Selain tidak adanya hasil cek darah, dokter yang bertugas melakukan operasi belum datang juga, dan tidak bisa dihubungi. Dan sejam itu menjadi sejam yang ribet bagi suster di ruang operasi. Dokter residen bingung kemana dokter penanggung jawabnya, ditelpon tidak berhasil. Dokter anestesi ngedumel karena tidak ada persetujuan pembiusan dan cek darah. Saya? Hanya tidur-tidur aja menunggu mereka selesai. :)

Karena tidak ada hasil cek darah tersebut, saya pun diambil darah untuk segera dibawa ke laboratorium darah. Saya pun berpikir, ini pasti lama. Padahal, kalau cek darah biasa, baru hari esoknya bisa diambil. Dan benar, akhirnya dokter anestesi pun melakukan pembiusan tanpa cek darah dengan tetap ngedumel. Dokter hanya menanyakan apakah badan saya sehat-sehat saja saat itu. Dan pembiusan pun dilakukan tanpa ada cek darah. Pasti dokter anestesinya was-was saat itu, akankah terjadi sesuatu pada saya nantinya. Pembiusan kali ini adalah bius dari perut ke bawah.

Akhirnya, operasi dimulai juga. Selang oksigen, pembaca detak jantung dan oksigen, infus dipasang pada tubuh saya. Bosan tidak bisa ngapa-ngapain, saya pun tidur lagi. Sampai selesai pemasangan pen dalam saya tersadar. Dokter mengambil sumsum tulang dari lutut kanan saya.

Saya pun dijelaskan oleh dokter, tentang operasi yang baru saya jalani. Ternyata rongga antar tulang yang difoto dengan yang sebenarnya berbeda. Rongga antartulang yang sebenarnya tidak terlalu besar. Ditambah lagi sudah ada tulang yang menumbuh, tapi karena tidak sesuai jalur, tumbuhnya pun tidak pas. Alhamdulillah, kalau benar apa yang dikatakan dokter.

Operasi selesai pukul 16 dan saya dibawa kembali ke ruang inap. Malamnya dokter mengecek lagi keadaan kaki saya. Dan menurutnya bagus. Alhamdulillah. Saya diwajibkan memakai setengah gips yang bisa dilepas pasang kapanpun saya mau kalau dirasa tidak enak. Fungsinya untuk menahan tapak kaki agar tidak jatuh ke bawah. Meski memang tidak enak, tapi masih lumayan lah dibanding memakai gips full seperti sebelumnya yang benar-benar melatih kesabaran karena gatalnya. :)


Post operation 5 - 1



Tanggal 14 September 2013, saya diperbolehkan pulang. Entah kenapa kaki sakit pada kaki saya tersebut berbeda dengan yang sebelumnya. Bukan rasa sakit karena luka, tetapi karena sakit kesemutan. Kata dokter ini karena ada syaraf yang mungkin ketarik karena pemasangan pen. Tapi tidak berlangsung lama.

Tanggal 18 September 2013, seminggu setelah operasi saya check up ke rumah sakit. Luka saya sudah menutup, alhamdulillah. Benang jahitan pun dilepas. Luka sayatan untuk memasang pennya cukup panjang juga, sekitar 10 cm. Dokter pun memberikan resep obat syaraf kesemutan dan kalsium. Dokter juga mengatakan bahwa kemungkinan tulang menambung adalah 8-17 minggu. Dan itu tidak lama, dibanding 9 bulan yang telah saya jalani. Semoga saja benar.

Post operation 5 - 2
Setelah tersambung, saya akan sedikit-sedikit latihan berjalan kembali. Ah, rasanya kangen sekali saya dengan berjalan. Ya Allah, semoga saja nikmat berjalan itu Engkau berikan kembali kepada saya. Aamiin. Dan saya hanya makhluk biasa yang lemah tanpa karunia dariMu Ya Allah.

2 komentar:

  1. semoga cepat sembuh mas, saya 2 bln lalu kecelakaan jg open fracture d radius ulna. pengen nanya biaya operasi bone graft nya kemaren betapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. tergantung kelas kamarnya.. Kalo kelas 1 sekitar 5-6 jtan di rs pemerintah..
      bone graftnya dari tulang sendiri..

      kalo dr protein sintesis nambah 2 juta buat proteinnya..

      Hapus