Selasa, 29 Januari 2013

Kalante Enam

Subuh hari tersebut, saya terbangung di atas sebuah tempat tidur. Melihat sekeliling ruangan, saya yakin ini bukanlah kamar tidur saya. Tempat tidur ini berbeda dari yang biasa, bahkan ditambah asesoris besi-besi penjaga tempat tidur supaya sang pengguna tidak jatuh darinya. Tampak sebuah botol infus tergantung di sebelah kanan saya yang selangnya menyambung ke tangan kanan saya, dan jarumnya menusuk ke dalam urat nadi saya.

Saya pun kembali teringat atas kejadian yang menimpa saya dalam dua hari ini. Oh iya, ternyata saya berada di atas sebuah kasur, di dalam kamar, di rumah sakit karena sebuah kecelakaan yang membuat kaki kanan saya patah dan mengharuskan saya dirawat disana.

Semalam, setelah operasi, dengan sedikit kesadaran yang ada, saya dibawa menggunakan tempat tidur dorong dari ruang operasi oleh perawat. Kemudian saya dipindahkan dengan hati-hati dari tempat tidur dorong ke tempat tidur yang ada di dalam kamar. Saya pun terlelap dengan kaki yang masih tidak bisa digerakan karena suntikan anastesi ketika di operasi.

Ayah, ibu, mereka orang-orang yang terlihat menemaniku di ruangan ketika mata saya terbuka pada subuh hari tersebut. Orang-orang yang sangat berarti dalam hidup saya ini. Saya pun membangunkan mereka. Memberi kabar bahwa saya baik-baik saja, agar cemas hilang sedikit dari wajah mereka. Memberi tahu bahwa saya ingin sholat subuh, sholat pertama di kamar tersebut.

RSUP Fatmawati Jakarta, Paviliun Anggrek, Kamar Kalante Nomor Enam, kamar inilah yang menjadi ruang hidup saya selama 15 hari di rumah sakit. Kalante adalah nama keluarga pada tanaman anggrek. Jangan sampai salah membacanya. Teman saya ada yang salah membaca nama kamar tersebut. Dia membacanya "ke lante 6". Alhasil jadilah dia ke lantai 6 di salah satu gedung di rumah sakit ini. Tentu saja dia tidak akan mendapati saya di sana.

Fatmawati adalah rumah sakit yang ramai sekali. Mendapatkan kamar di rumah sakit ini sudah menjadi berkah tersendiri bagi saya. Alhamdulillah. Padahal biasanya untuk kondisi darurat dan mendadak seperti ini tidak ada kamar kosong untuk Paviliun Anggrek, ternyata Allah berkehendak lain. Alhamdulillah.

Kamar ini sebenarnya tidak luas namun lengkap dan nyaman. Lebarnya paling hanya 3 meter, cukup panjang, sekitar 7 meter kira-kira. Begitu masuk kamar ini, akan langsung mendapati toilet di kiri lorong masuk. Tempat tidur disini adalah tempat tidur mekanik yang dapat dinaikkan dan diturunkan dengan menggunakan remote. Begitu pula pada bagian kepala dan bagian kakinya, dapat ditegakkan atau diluruskan dengan remote.

Kamar Kalante
Terdapat beberapa colokan  di dinding atas kepala saya, mungkin itu colokan untuk benda-benda medis seperti oksigen atau lainnya, saya tidak begitu paham. Di sampingnya tergantung kabel bel untuk berbicara dengan perawat. Jika ditekan, perawat akan bertanya keperluan saya dan saya cukup berbicara seperti biasa kepada perawat tersebut tanpa menggunakan alat seperti mic, entah dimana dipasang receiver suaranya pada ruangan tersebut. Kalau saya tebak-tebak sih, teknologinya seperti loudspeaker pada handphone.

Di kamar tersebut juga tersedia televisi, lemari, kursi lipat multifungsi, AC, dan kulkas. Cukup lengkap. Ada dua pintu pada kamar ini, yang satunya menghadap taman, yang satunya menghadap dalam rumah sakit. Begitu pintu menghadap taman tersebut dibuka, akan tampak taman yang cukup indah dan hijau. Tepat di depan kamar saya, terdapat sebuah pohon bonsai yang membuat pemandangan semakin nyaman. 

Fasilitas Kamar
Pagi itu, pintu ke taman tersebut dibuka lebar. Tempat tidur saya yang menghadap taman memudahkan saya untuk menikmati suasana pagi hari tersebut. Masya Allah, begitu segarnya udara pagi yang sedikit-sedikit masuk ke kamar. Begitu hijaunya tanaman di luar. Begitu hangatnya mentari menyinari pagi itu. Suara burung bercicit menambah merdu harmoni pagi itu. 

Dalam beberapa hari ke depan, saya hanya bisa menikmati seperti ini, tidak bisa lebih. Sabar dan sabar, dalam benakku. Nanti pasti, saya bisa menikmatinya dengan langsung. Melihat hijaunya taman tersebut dengan pandangan mata yang lebih luas, tidak dibatasi tembok kamar. Menghirup udara segar yang murni, tidak sekadar dingin saja seperti AC pada kamar. Mendengar harmoni suara binatang pagi, bukan hanya suara televisi saja. Dan, berjalan-jalan lagi menikmati ciptaan-Nya di dunia ini.

Ya Allah, jadikanlah sabar hamba ini sebagai penghapus dosa-dosa hamba yang begitu banyak ini. Aamiin.

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya”. (Al-Baqarah : 45-46)

1 komentar: